Aliansi Mahasiswa Kecamatan Bungku Timur Bersatu (AMT-B) kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Kecamatan Bungku Timur, yang terletak di Jalan Houling PT.VALE. Aksi berlangsung sejak pukul 10.00 WITA hingga 15.51 WITA. Aksi ini merupakan bentuk kekecewaan atas belum adanya tindak lanjut dari pihak PT.VALE terhadap tuntutan yang sebelumnya telah disuarakan.
Sebelumnya, AMT-B telah melakukan aksi serupa pada Jumat, 11 April 2025, dengan poin tuntutan yang sama seperti yang disuarakan dalam aksi hari ini.
Amrin, selaku Jenderal Lapangan, menyampaikan bahwa aksi ini merupakan bentuk komitmen AMT-B dalam mengawal isu-isu yang berkaitan dengan keluhan masyarakat dan pelajar di Kecamatan Bungku Timur.
“Aksi hari ini adalah wujud keseriusan kami dalam menyuarakan aspirasi masyarakat. Pada aksi sebelumnya, kami tidak mendapat tanggapan yang memadai dari pihak PT.VALE. Bahkan, tidak ada kepastian hadirnya unsur pimpinan perusahaan dalam dialog yang direncanakan, sehingga rekan-rekan menolak dialog tersebut,” ujar Amrin.
Lebih lanjut, Amrin menyatakan bahwa pihaknya bersedia melakukan dialog dengan siapa pun dari PT.VALE maupun PT.PETROSEA, selama dialog tersebut memiliki kejelasan dan dapat menghasilkan solusi konkret terhadap tuntutan yang disampaikan.
“Yang paling penting, dialog harus menghasilkan langkah nyata ke depan,” tegasnya.
Amrin juga menyoroti keberadaan PT.VALE dan PT.PETROSEA di wilayah Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi, Kabupaten Morowali, yang seharusnya dapat menjadi contoh positif bagi perusahaan-perusahaan lain di Morowali, terutama dalam hal pemberdayaan kontraktor lokal, peningkatan sumber daya manusia, dan bantuan pendidikan.
“Saat ini, masyarakat mengalami kekecewaan karena janji-janji PT.VALE belum diwujudkan secara nyata, terutama terkait pemerataan pemberdayaan lokal,” lanjutnya.
Ia juga mengkritisi peran asosiasi-asosiasi dalam kawasan PT.VALE yang dinilai tidak menjalankan fungsi secara merata.
“Asosiasi cenderung hanya melibatkan orang-orang tertentu yang dekat dengan mereka. Praktik sewa bendera dan masuknya pemodal dari luar Morowali semakin marak, padahal masyarakat lokal masih sangat mampu mengelola sendiri. Lalu, di mana letak pemerataan itu?” tegas Amrin.
Menurutnya, meskipun PT.VALE telah memasuki tahap akhir konstruksi dan akan segera memulai kegiatan penambangan yang akan dikerjakan oleh PT.PETROSEA, implementasi pemerataan pemberdayaan lokal belum juga merata.
“Dari 13 desa binaan, hanya sebagian yang sudah mendapatkan pemberdayaan. Bahkan masih ada desa yang belum merasakan dampak ekonomi dari keberadaan PT.VALE, di luar dari kewajiban CSR,” jelasnya.
Amrin menegaskan bahwa kehadiran perusahaan seharusnya tidak menjadi pemicu konflik sosial antar desa.
“Kami tidak ingin kehadiran PT.VALE dan PT.PETROSEA justru memecah belah masyarakat. Persoalan lahan milik petani juga harus segera diselesaikan, karena beberapa warga telah mengadukan hal ini kepada kami. Kami akan kawal hingga tuntas,” ujarnya.
Sebagai penutup, Amrin menyampaikan bahwa aksi hari ini akan dilanjutkan dengan dialog bersama Pemerintah Kecamatan Bungku Timur, PT.VALE, dan PT.PETROSEA. Dialog akan digelar di Kantor Kecamatan untuk membahas enam poin tuntutan yang sebelumnya telah disuarakan dalam aksi-aksi terdahulu.
“Kami berharap kehadiran pemerintah kecamatan dalam dialog ini menjadi alarm bagi Bupati dan DPRD Morowali agar lebih memperhatikan nasib masyarakat. Jika dialog tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan, kami akan kembali melakukan aksi pendudukan di jalan houling PT.VALE. Kami tegaskan, tidak akan ada dialog lanjutan jika tidak ada hasil yang konkret,” tutup Amrin.





