Morowali, 21 Agustus 2024- Memasuki masa kampanye Pilkada Morowali, hingga saat ini belum ada calon bupati dan wakil bupati yang menyampaikan gagasan konkret mengenai penanganan kerusakan lingkungan yang semakin parah di wilayah tersebut.
Pemilu sebagai sarana untuk memengaruhi rakyat secara persuasif tanpa paksaan, biasanya diwarnai oleh berbagai kegiatan, seperti retorika, hubungan masyarakat, komunikasi massa, dan lobi. Namun, meskipun teknik agitasi dan propaganda sering kali dikecam di negara demokrasi, banyak kandidat atau peserta Pemilu yang justru menggunakan teknik-teknik ini dalam kampanye mereka sebagai komunikator politik.
Untuk menjaga persatuan masyarakat yang memiliki beragam pandangan politik, sekaligus menghindari kritik terhadap penggunaan teknik agitasi dan propaganda, kandidat diharapkan mengedepankan komunikasi tatap muka, memberikan informasi yang jelas, menggunakan komunikasi verbal yang efektif, serta aktif mendengarkan masukan positif dari masyarakat. Selain itu, pengendalian emosi dan kemampuan berdiplomasi juga sangat diperlukan dalam menjaga situasi tetap kondusif.
Koordinator Aliansi Mahasiswa Morowali, Nanang Ishak menyatakan kekecewaannya terhadap para calon bupati yang belum menyinggung isu lingkungan dalam kampanye mereka.
“Pencemaran lingkungan akibat masuknya investasi besar di Morowali telah merusak ekosistem, baik di darat, laut, maupun udara,” ungkap Nanang.
Ia juga menyoroti bahwa mayoritas masyarakat Morowali masih bergantung pada sektor perikanan dan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama.
Nanang mencontohkan kondisi di Kecamatan Bungku Timur, khususnya di Desa Laroue dan Geresa, di mana masyarakat dengan tegas menolak rencana eksploitasi tujuh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) batu gamping.
“Masyarakat di dua desa tersebut sangat bergantung pada hasil alam, baik dari sektor pertanian maupun perikanan. Jika pertambangan dibiarkan masuk, harapan masyarakat untuk mempertahankan hidupnya akan musnah,” jelasnya.
Dengan kondisi lingkungan yang semakin kritis, desakan kepada para calon bupati untuk menghadirkan solusi yang nyata semakin menguat, terutama dari kalangan masyarakat yang langsung terdampak. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa isu ini akan menjadi prioritas dalam program kerja yang diusung para kandidat.
Penulis: Madry





