logo-bilitano-morowali
Search
Close this search box.

Aliansi Mahasiswa Bungku Timur Desak PT Vale dan PT Petrosea Wujudkan Investasi yang Adil dan Merata

Aliansi Mahasiswa Kecamatan Bungku Timur Bersatu (AMBT-B) menggelar aksi demonstrasi sebagai bentuk kekecewaan dan desakan terhadap PT Vale Indonesia Tbk dan PT Petrosea pada Jumat, 4 April 2025. Aksi ini merupakan reaksi terhadap berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan pendidikan yang muncul akibat aktivitas pertambangan yang tidak merata dan tidak berpihak kepada masyarakat lokal.

PT Vale, salah satu perusahaan tambang terkemuka di Indonesia, telah menjalankan operasionalnya di Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, sejak tiga tahun terakhir. Kini, aktivitas memasuki tahap konstruksi menuju kegiatan penambangan (mining) yang akan dilaksanakan oleh PT Petrosea sebagai kontraktor utama.

“Namun, hingga saat ini, kedua perusahaan tersebut dinilai belum menunjukkan komitmen yang nyata dalam memberdayakan masyarakat di wilayah lingkar tambang yang mencakup 13 desa. Dalam dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), PT Vale sempat menjanjikan komposisi tenaga kerja dengan rasio 70% tenaga kerja lokal dan 30% non-lokal. Namun fakta di lapangan berbanding terbalik,” ungkap Jenderal Lapangan (Jendlap) Aksi, Amrin.

Kegagalan dalam Memberdayakan Tenaga Kerja dan Kontraktor Lokal

PT Petrosea yang telah berkecimpung di dunia pertambangan selama lebih dari lima dekade juga dianggap gagal dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar. Banyak masyarakat lokal yang telah mendaftarkan diri untuk bergabung sebagai tenaga kerja, justru menemui berbagai hambatan administratif dan teknis dalam proses rekrutmen. Bahkan, AMBT-B menduga adanya strategi sistematis untuk membatasi ruang kerja masyarakat lokal.

Petugas Satuan Pengamanan Perusahaan dan Kepolisian tampak berjaga di depan pengunjuk rasa.

Padahal, pemberdayaan kontraktor lokal merupakan salah satu aspek penting dalam memastikan manfaat ekonomi dari industri pertambangan tersebar secara adil di masyarakat sekitar. Sayangnya, kontraktor lokal kesulitan bersaing dengan perusahaan besar karena syarat seperti pengalaman internasional dan penguasaan peralatan mahal yang tidak sebanding.

CSR dan Komitmen Pendidikan yang Masih Ilusi

Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Vale juga menjadi sorotan. Pada 2 Februari 2024, perusahaan berkomitmen untuk menjalankan program pemberdayaan pendidikan bersama lembaga kemahasiswaan dari 13 desa binaan di empat kota (Palu, Makassar, Kendari, Yogyakarta). Namun hingga awal 2025, belum ada progres nyata terhadap pelaksanaan program tersebut.

Padahal, program yang dijanjikan mencakup bantuan beasiswa bagi mahasiswa Bungku Timur, pengadaan sekretariat mahasiswa, kursus bahasa Inggris, hingga peningkatan kapasitas dalam bentuk pelatihan psikotes dan wawancara kerja.

Tuntutan AMBT-B terhadap PT Vale dan PT Petrosea

Menindaklanjuti berbagai persoalan ini, AMBT-B menyuarakan enam tuntutan utama:

  1. Hentikan Aktivitas PT Petrosea sampai ada kejelasan pemberdayaan lokal.

  2. Wujudkan Pemerataan dan Pemberdayaan Kontraktor Lokal yang adil dan merata di 13 desa.

  3. Wujudkan Pemerataan Rekrutmen Tenaga Kerja Lokal dalam proyek tambang.

  4. Laksanakan Transparansi dan Evaluasi dalam Proses Rekrutmen oleh PT Vale dan PT Petrosea.

  5. Lakukan Pembinaan Terhadap Karyawan Baru, agar tenaga kerja lokal dapat berkembang secara profesional.

  6. Realisasikan Bantuan Pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa dari SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi.

AMBT-B menekankan perlunya pelatihan-pelatihan yang mendasar dari pihak perusahaan agar tenaga kerja lokal bisa memenuhi standar perusahaan, termasuk dalam aspek administrasi dan proses wawancara. Amrin juga menyampaikan jika permintaan tidak segera direalisasikan, makan akan ada aksi susulan.

“Kami akan lakukan aksi lanjutan di hari Selasa jika tak ada respons positif dari perusahaan,” ujarnya.

share it
Facebook
X
WhatsApp
Email

Berita Terkait